Hetalia: Axis Powers - Iceland Serba-Serbi Psikologi: Maret 2014

Selasa, 25 Maret 2014

Tugas Ilmu Filsafat Manusia. Negara

Negara
Sebagaimana telah kita lihat di atas, Agustinus melihat di dalam sejarah, sebagaimana dilihatnya di dalam induvidu, perselisihan antara dua prinsip kelakuan, antara dua cinta : cinta Allah dipertentangkan dengan cinta diri, kenikmatan dan dunia. Perwujudan dari kota surgawiyerusalem terjadi di dalam Gereja katolik sedangkan Negara, khususnya Negara kafir, merupakan perwujudanmerupakan perwujudan Babylon. Dia sevcara otoritasi bertanya : tabpa keadilan, bukan kerajaan-kerajaan sama dengan gerombolan besar para perampok? Bukankah gerembolan perampok sama dengan kerajaan kecil? Agustinus menggarisbawahi kata-kata seorang perampok kepada Alexander agung : “Bukankah karena aku dengan sampan kecil aku disebut sebagai perampok; sedangkan engkau, karena menggunakan armada besar, disebut sebagai kaisar?” Menurut Agustinus, Asayria dan romawi kafir didirikan, diperkembangkan dan dipertahankan atas ketidak-adilan, kekerasan, perampokan dan penindasan.
                Namum harus diingat bahwa ide mengenai kota surgawi dan duniawi adalah ide moral spiritual, yang isinya tidak identik dengan organisasi actual mana pun. di eskipun Babylon di dalam pengertian moral dan apiritual cenderung diidentikan dengan Negara khusunya Negara kafir, sedangkan kota yarusalem diidentikan dengan gereja sebagai kelihatan , identitas itu tidaklah komplit. Tidak boleh diambil kesimpulan yang sahih dengan mengatakan bahwa karena si Jhon adalah seorang pegawai Gereja, maka dengan sendirinya ia masuk di dalam kewarganegaraan kota Yarusalem, sebab secara moral dan spiritual ia mungkin termasuk warganegara kota Babylon.
                Meskipun demikian, Agustinus yakin bahwa Negara pada hakikatnya tidak didirkan atas keadilan yang benar. Alasannya ialah bahwa keadilan yang benar menuntut bahwa ibadat kepada Allah harus dilaksanakan. Agustinus mendifinisikan masyarakatv sebagai “kumpulan makhalukrasional yang diikat di dalam persetujuan umum, yakni hal-hal yang mereka cintai. “ Bila hal-hal itu baik, maka terjadilah masyarakat yang baik, sedangkan kalau hal-hal itu jelek, maka masyarakat yang terjadi juga jelek.
                Inti dari ajaran Agustinus mengenai hal ini adalah : Negara tidak akan mewujudka  keadilan yang benar, tidak akan menjadi Negara moral yang sungguh-sungguh, kalau Negara itu bukan Negara kristian : sebab kristianitaslah yang membuat manusia warga yang baik. Negara sendiri, sebagai alat dengan kekuatan, mempunyai akarnya di dalam akibat dosa asal dan mutlak harus menjadi institusi.


Ps. Dyonisius kurang lebih abad V
Nama Dyonisius sebenarnya merujuk kepada Dyonisius Areopagita yang diterbitkan oleh St. Paulus. Namun karya-karya yang dikaitkan dengan nama ini ternyata karangan orang lain yang hidup sekitar abad V. Maka tulisan-tulisan ini disebut Osoude( yang artinya sama atau tidak asli) Dyonysius> pengarang sebenarnya adalah seorang teolog dari Syris. Siapa persisnya pengarang ini tidak jelas. Namun tulisan-tulisannya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan filsafat abad pertengahan, terutama terhadap St.Albertus Agung dan St. Thomas Aquinas.
                Menurut pengarang ini, adadua jalan untuk mendekati Allah : jalan positif dan jalan negatif. Melalui jalan positif atau affirmative, kita menerapkan kesempurnaan yang kita temukan dalam ciptaan kepada Allah, yakni kesempurnaan yang sesuai dengan kodrat spiritual Allah. Untuk itu nama-nama yang sesuai ialah nama-nama yang termasuk dalam katagori tertinggi seperti ‘kebaikan’, ‘Hidup’,’kebijaksanaan’, dan ‘kekuatan’. Namun sifat-sifat ini tidaklah hnya tempelan saja seperti sifat-sifat yang melekat pada manusia atau ciptaan lain, melainkan masuk di dalam kesatuan substansial Allah. Sifat-sifat Allah itu jauh mengatasi sifat-sifat yang ditemukan di dalam ciptaannya, sebab Allah selalu ‘lebih’, jauh lebih secara tak berhingga, dari sifat-sifat ciptaan. Bahkan sifat-sifat di atas merupakn nama yang dapat diterapkan kepada Allah.
                Menurut pengarang ini, ide tau sifat atau nama kebaikan yang diterapkan kepada ciptaan merupakan partisipasi di dalam sifat Allah dan sekaligus menyatakan kodrat Allah : “tidak ada yang baik kecuali satu, yaitu Allah”, katanya. Allah yang adalah kebaikan, merupakan sumber melimpah bagi ciptaan dan merupakan tujuan akhir dari ciptaan, dan “ dari kebaikan ( Sang Baik) keluarlah cahaya merupakan gambaran kebaikan, sehingga Sang Baik dilukiskan sebagai ‘Cahaya’, karena meupakan contoh utama dari semuanya yang diungkapkan di dalam imago (gambar). Di sini gaya neo-Platonis yang menggunakan pola cahaya dimasukkan, dan ketergantungan  Ps.Dyonisius pada neo-Platonisme menjadi jelas khususnya di dalam bahasa ketika ia berbicara mengenai kebaikan sebagai keindahaan.
                Jalan Negatif, yaitu pengingatan sifat-sifat ketdiaksempurnaan ciptaan untuk diterapkan kepada Allah, merupakan ciri khas Teologi Mistik. Kalau jalan positif sampai kepada nama-nama Allah, jalan negative menyingkirkan sifat-sifat yang tidak cocok untuk Allah, misalnya “ sifat pemabuk dan gelap mata”.Pembersihan dari sifat-sifat negative ini berlangsung terus hingga mencapai “kegelapan super esensial” manusia cenderung untuk membentuk konsepsi-konsepsi anthropormfis mengenai Allah, maka menurut pengarang ini perlulah kita melucuti pengertian-pengertian yang manusiawi melalui via remotionis. Bila masuk ke dalam kegelapan yang tak terselami, kegelapan ini bukan karena objeknya sendiri tidak dapat diengerti, tetapu karena sinarnya yang begitu cemerlang , sehingga membutakan mata hati manusia yang sangat terbatas.
                Pengaruh neo-Platonis terhadap Ps.Dyonisius sangat jelas di dalam ajarannya mengenai Tri Tunggal, Karena rupanya ia ingin mencari yang satu di belakang perbedaan-perbedaan pribadi-pribadi Ilahi. Menurut dia, perbedaan antara ketiga pribadi terdapat di dalam manifestasi abadi, dan perbedaan adalah perbedaan abadi di dalam diri Allah, jadi tidak berkaitan dengan manifestasi ekstn Allah di dalam ciptaan. Tetapi Allah di dalam dirinya sendiri, bukan di dalam manifestasinya, merupakan kesatuan mutlak tak terbedakan. Rupanya pengarang dipengaruhi tidak hanya oleh ajaran Plotinus mengenai satu, tetapi ajaran Proclus mengenai prinsip utama yang mengatasi sebutan kesatuan, kebaikan, ada.  Kesatuan pre-esensial menunjuk kepada prinsip pertama oriclus, dan perbedaan ketiga pribadi di dalam kesatuan kodrat menunjuk konsep emanasi dari neo-Platonisme, yang merupakan tahap, meskipun, tahap yang sifatnya abadi, di dalam manifestasi pribadi atau perwahyuan dari keallahan utama atau yang Absolut.
                Dari satu pihak, dalam kaitannya dengan hubungan antara dunia dengan Allah, Ps. Dyonisius berbicara mengenai Lemanasi Allah ke dalam semsetsa ciptaan. Dari lain pihak, ia berusaha menggabungkan teeori emanasi neo-Platonisme dengan ajaran Kristen mengenai penciptaan. Dunia merupakan hasil dari melimpahanya kebaikan Allah, tetapi roh bukan Allah sendiri. Dengan demikian transedensi dan seklaigus imanensi Allah di dunia ini mendapatka tekanan. Tetapi kegemaraan pengarang untuk menggambar dunia sebagai melimpahnya kebaikan Allah yang tidak terbtas, dan usahanya untuk menyajarkan prosesi ilahi intern dengan prosesi ekstern di dalam ciptaan, member kesan seakan-akan pencipta merupakan tindakan spontan Allah. Seolah-olah mau tidak mau Allah harus menciptakan semsta.
                Ps. Dynoisius menekanka  berulang kali bahwa Allah adalah penyebap transenden ( sebagai penyebab efisensi/eficent cause) dari semua hal, Allah menciptakan dunia melalui Exemmpler yang ada di dirinya. Allah juga merupakan sebab akhir ( Final Cause) dari semuannya, dan menarik mereka kepada dirinya sebagai sang kebaikan. Kejahatan menurut Ps. Dyonisisus adalah “privation” atau kekurangan, yakni absernya kebaikan yang seharusnya ada

Rabu, 19 Maret 2014

AGAMA DAN SENI

Pengertian Agama

Gambar 1.1
(Sumber http://kampunglinux.blogspot.com/2011/01/agama-membicarakan-peranan-agama-dalam.html ) 
Menurut Wallace, Agama didefinisikan sebagai keyakinan dan ritual berkaitan dengan makhluk gaib , kekuasaan , dan kekuatan .

Animisme
Gambar 1.2
(Sumber http://dirasat-ushuluddin.blogspot.com/2013/03/kepercayaan-animisme-pemujaan-kepada.html)

Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalanganmanusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.

Pengertian “Mana”  
Gambar 1.3
(Sumber : http://aswiralodra.wordpress.com/2010/11/04/kekuatan-terselubung-dan-dahsyat-pada-manusia/)

          Dinamisme atau kekuatan atau kekuasaan,yang di bicarakan dalam dinamisme,didalam ilmu pengetahuan lazim disebut”mana” .Dinamisme ialah kepercayaan kepada suatu daya kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak berpribadi ,yang di anggap halus maupun berjasad semcamfluidum,yang dapat di miliki ataupun tidak dapat imiliki oleh benda,binatang,dan manusia.Jika seseorang atau suatu benda dianggap”tidak mengandung mana”maka ia tidak di perhatikan lebih lanjut.Tetapi jika telah di konstatir,bahwa suatu benda atau seseorang memang”mengandung mana”maka orang atau benda itu harus mendapat perhatian yang istimewa.Maka ada dua hal yang mungkin: orang atau benda yang mengandung”mana”atau daya kekuatan itu harus ditakuti atau dihormati sehingga orang harus menjalankan suatu upacara kebaktian;tetapi mungkin juga orang berusaha melumpuhkan daya kekuatan itu dengan berbagai penangkal.

Tabu dan Eufemisme
Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari masyarakat sekitar.
Anxiety, Control, Solace
Sihir adalah instrumen kontrol , tetapi agama berfungsi untuk memberikan stabilitas ketika tidak ada kontrol atau pemahaman  tentang itu menjadi mungkin .
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar.
Contoh : "Di mana 'tempat kencing'nya?" dapat diganti dengan "Di mana 'kamar kecil'nya?". Kata "tempat kencing"(dalam bahasa sehari-hari biasa juga disebut WC) tidak cocok jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan. Kata "kamar kecil" dapat menggantikannya. Kata "kamar kecil" inikonotasinya lebih sopan daripada kata "tempat kencing". Jadi dalam eufemisme terjadi pergantian nilai rasa dalam percakapan dari kurang sopan menjadi lebih sopan. Eufemisme juga digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang tabu.

Ritual
Gambar 1.4
(Sumber : http://beautifultrouble.org/principle/use-the-power-of-ritual/

Ritual yang formal, dilakukan dalam konteks sakral .
Ritual menyampaikan informasi tentang budaya dari peserta.
Ritual yang inheren sosial , dan partisipasi di dalamnya tentu menyiratkan komitmen sosial .
Ritual Peralihan
Beberapa kebudayaan menawarkan perayaan-perayaan untuk menandai perubahaan fase kehidupan sebagai inisasi memasuki fase kehidupan baru. Upacara untuk anak yang memasuki fase berjalan dikenal pada beberapa budaya. Pada tradisi sunda ada turun taneuh, di jawa ada sidhak sinten, sedangkan di betawi dikenal dengan nginjek tanah. Upacara seperti ini merupakan ritual perayaan perpindahaan manusia dari sati fase ke fase lainnya.
Etnogafer dari pernacis, Arnold van gennep, memperkenalkan istilah rite of passage, ritual-ritual yang harus dilalui manusia selama kehidupannya dalam kelompok sosial. Seseorang akan memasuki fase-fase kehidupan, dari kelahiran, mulai berjalan, perkawinan, dan fase inisasi masuk ke dalam kelompok tertentu. Semua ritual itu merupakan tonggak-tonggak milestone, patokan berpindahannya fase kehidupan yang kadang kala membutuhkan keberanian untuk mengambil resiko. Salah satu contoh ekstrim bida dilihat dari ritual melompat dari menara kayu yang dilakukan oleh laki-laki di kepulauan Pentecost, vanautu.


ada 3 tahapan dalam ritus peralihan yaitu: ritus pemisahan [pra-liminal, dimana seseorang terpisah dari status tetap yang dimiliki pada struktur sosial sebelumnya], ritus perpindahan [margin atau batas, yang bermakna subyek ritual dalam keadaan ambigu karena subyek tidak lagi dalam status lama, tetapi belum masuk status baru], dan ritus inkorporasi [pasca-liminal, berarti subyek ritual memasuki status atau keadaan stabil yang baru dengan menyandang berbagai hak dan kewajiban]. Dalam hal ini Turner mengatakan liminalitas merupakan tahapan ke-2 dari 3 tahap pendewasaan van Gennep. Keadaan yang kedua [ritus perpindahan] merupakan kondisi yang ambigu. Kondisi yang ambigu ini sering sekali terjadi dalam siklus kehidupan seseorang dan biasanya inilah masa-masa kritis bagi seseorang. 

Tetomisme
Gambar 1.5
(Sumber : http://parasitaqidah.files.wordpress.com/2012/08/tiang-totem-kanada.jpg)

Ritual memainkan peran penting dalam menciptakan dan memelihara solidaritas kelompok .
Dalam masyarakat totem , masing-masing kelompok memiliki keturunan hewan, tumbuhan , fitur geografis dari yang mereka klaim keturunan .
Totem nenek moyang apikal klan .
Para anggota klan tidak membunuh atau makan totem mereka , kecuali setahun sekali ketika anggota klan berkumpul untuk upacara yang didedikasikan untuk totem .
Totemisme adalah agama di mana unsur-unsur alam bertindak sebagai template sakral bagi masyarakat dengan cara asosiasi simbolik
Totemisme menggunakan alam sebagai model bagi masyarakat .
Setiap kelompok keturunan memiliki totem , yang menempati niche tertentu di alam .
Perbedaan sosial mencerminkan tatanan alam lingkungan .
Kesatuan tatanan sosial manusia ditingkatkan oleh asosiasi simbolik dengan dan imitasi dari tatanan alam . Jadi dapat disimpulkan bahwa  tetomisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh manusia yang menganggap bahwa binatang mempunyai kekuatan khusus. Kepercayaan itu membuat hewan tersebut dipuja secara berlebihan bahkan bernilai ibadah.

Kontrol Sosial
Gambar 1.6
(Sumber : http://www.suara-islam.com/read/index/8397)

Kekuatan agama mempengaruhi tindakan.
Agama dapat digunakan untuk memobilisasi segmen besar masyarakat melalui sistem imbalan nyata dan dirasakan dan hukuman .
Perburuan penyihir memainkan peran penting dalam membatasi penyimpangan sosial selain berfungsi sebagai meratakan mekanisme untuk mengurangi perbedaan dalam kekayaan dan status antara anggota masyarakat .
Banyak agama memiliki kode etik formal yang melarang perilaku tertentu sementara mempromosikan jenis lain dari perilaku .
Agama juga mempertahankan kontrol sosial dengan menekankan sifat sekilas kehidupan .

Syncretisms
Sebuah sinkretisme adalah campuran budaya, termasuk campuran agama, yang muncul ketika dua atau lebih tradisi budaya datang ke dalam kontak.
Contohnya termasuk voodoo, Santeria, dan candomlé.
Kultus kargo Melanesia dan Papua Nugini adalah sinkretisme ajaran Kristen dengan keyakinan asli.
Syncretisms sering muncul ketika tradisional, masyarakat non-Barat memiliki kontak teratur dengan masyarakat industri.
Syncretisms berusaha menjelaskan dominasi dan kekayaan Eropa dan untuk mencapai sukses serupa ajaib dengan meniru perilaku dan simbol Eropa.

Seni
Seni sangat sulit untuk menentukan, tetapi umumnya mengacu pada manifestasi kreativitas manusia melalui mana orang mengekspresikan diri dalam tari, musik, lagu, lukisan, patung, gerabah, kain, story telling, ayat, prosa, drama, dan komedi.

Seni dan Agama
Gambar 1.7
(sumber : http://ngamumule-islam.blogspot.com/2010/06/seni-dan-agama.html)

Definisi kedua seni dan agama fokus pada lebih dari aspek-aspek biasa dari masing-masing berkaitan dengan bagaimana mereka berbeda dari biasa dan profan / sekuler.
Banyak seni Barat dan non-Barat telah dibuat dalam hubungan dengan agama, tetapi penting untuk diingat bahwa tidak semua seni non-Barat memiliki ritual atau kepentingan agama.
Seni dan agama keduanya memiliki formal (museum dan gereja-gereja, kuil) dan informal (taman, rumah, dan tempat-tempat pertemuan reguler) tempat berekspresi.
Masyarakat negara-level memiliki struktur permanen untuk agama dan seni.
Masyarakat non-negara-tingkat kekurangan struktur permanen untuk agama dan seni.

Mencari Seni
Di negara-negara, seni bertempat di bangunan khusus seperti museum, gedung konser, dan teater.
Dalam nonstates, ekspresi seni berlangsung di ruang publik yang telah disisihkan untuk seni.
Di negara-negara, kritikus, hakim, dan para ahli menentukan apa yang seni dan apa yang tidak.
The Kalabari contoh menunjukkan bahwa tidak semua patung adalah seni karena ukiran kayu yang diproduksi secara eksklusif untuk alasan agama.


Seni dan Individualitas
Beberapa antropolog telah mengkritik bahwa studi seni non-Barat mengabaikan individu dan berfokus terlalu banyak pada kelompok.
Namun, dalam banyak masyarakat non-Barat, ada produksi yang lebih kolektif seni daripada dalam budaya Barat.
Bohannan berpendapat bahwa di antara Tiv, penekanannya harus pada kritikus daripada seniman karena Tiv tidak mengenali koneksi yang sama antara seniman dan seni mereka.
Sejauh mana seniman dapat dipisahkan dari pekerjaan mereka bervariasi lintas budaya.

Karya Seni
Dalam semua masyarakat seni adalah pekerjaan.
Dalam masyarakat non-negara, seniman tidak dapat bekerja pada seni mereka sepanjang waktu karena mereka masih harus berburu, mengumpulkan, ikan, kawanan, atau pertanian untuk makan.
Di negara-negara, seniman adalah spesialis penuh waktu yang karirnya adalah pekerjaan mereka.
Kelengkapan artistik atau penguasaan ditentukan dan dikelola oleh kedua standar formal dan informal.

Transmisi Budaya Seni
Seni adalah bagian dari budaya dan sebagai apresiasi hasil untuk seni diinternalisasikan selama enkulturasi.
Apresiasi bentuk seni yang berbeda bervariasi lintas budaya.
Dalam masyarakat nonindustrialized, tradisi artistik umumnya ditularkan melalui keluarga dan kelompok kerabat.
Seni mendongeng memainkan peran penting dalam transmisi, pelestarian, dan ekspresi dari tradisi budaya.

Karir Artistik
Dalam banyak masyarakat anak-anak non-Barat lahir dalam garis keturunan tertentu ditakdirkan untuk karir tertentu artistik (misalnya, kerja kulit, ukiran kayu, dan membuat tembikar)
Spesialis kerajinan penuh menemukan dukungan melalui hubungan kerabat mereka di masyarakat non-Barat atau melalui pelanggan dalam masyarakat Barat.
Seni mengandalkan bakat individu yang dibentuk melalui arah yang disetujui secara sosial.

Sumber:
1. (Wikipedia) http://id.wikipedia.org/wiki/Animisme di unduh tanggal 3/19/2014
2. (Blogger) http://ilmuperbandinaganagama.blogspot.com/ di unduh tanggal 3/19/2014
3. (Web) http://palawaunpad.com/ritusperalihan/# di unduh tanggal 3/19/2014
6. Binus Learning Online, Course Ilmu Sosial untuk Psikologi, Human Diversities 2: Religion and Arts



Minggu, 16 Maret 2014

Agama dan Spiritualisme

Karakteristik Agama
Gambar 1.1
(Sumber : http://topfivetop.blogspot.com/2013/01/5-agama-dengan-umat-terbanyak-didunia.html)

1.    Di setiap agama memiliki tujuan atau hal yang disembah contoh sang  ilahi.
2.    ada setiap agama ada keterikatan kuat antara yang menyembah [manusia] danyang disembah atau Ilahi. Ikatan itu menjadikan yang menyembah [manusia, umat] mempunyai keyakinan tentang keberadaan Ilahi.
3.    Pada umumnya, setiap agama ada sumber ajaran utama [yang tertulis maupun tidak tidak tertulis]. Ajaran-ajaran tersebut antara lain: siapa Sang Ilahi yang disembah umat beragama; dunia; manusia; hidup setelah kematian; hubungan antar manusia; kutuk dan berkat; hidup dan kehidupan moral serta hal-hal [dan peraturan-peraturan] etis untuk para penganutnya.
  1. Ajaran-ajaran agama dan keagamaan tersebut, pada awalnya hanya merupakan uraian atau kalimat-kalimat singkat yang ada pada Kitab Suci. Dalam perkembangan kemudian, para pemimpin agama mengembangkannya menjadi suatu sistem ajaran, yang bisa saja menjadi suatu kerumitan untuk umatnya; dan bukan membawa kemudahan agar umat mudah menyembah Ilahi.ecara tradisionil, umumnya, pada setiap agama mempunyai ciri-ciri spesifik ataupun berbeda dengan yang lain. Misalnya, pada setiap agama ada pendiri utama atau pembawa ajaran; Ia bisa saja disebut sebagai nabi atau rasul, guru, ataupun juruselamat
  2. Berfungsi sebagai pengendali sosial. Contoh dalam agama islam tidak boleh mencuri, dan membunuh.
Karakteristik Spiritual
Gambar 1.2
( Sumber : http://henkykuntarto.wordpress.com/2010/11/01/non-dualitas-jalan-untuk-kebangkitan-spiritual/ )

1.  Spiritualisme merupakan aliran yang tidak memasukan diri ke dalam salah satu kelompok agama tertentu, Spiritualisme bertujuan mencari kekudusan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan social manusiawi yang dimaknai dengan kegiatan sepiritual
2.    Berfokus pada berbuat kebaikan dengan alam, diri sendiri, dan lingkungan sekitar.
3.    Berfokus induvidu dan mementingkan penghayatan yang bersifat pribadi
4.    Membuat manusia mencapai keseimbangan yang maksimal.
spiritual di klasifikasikan ke lingkungan sekitar dan diri sendiri antara lain :

Hubungan dengan diri sendiri.
1.       Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).
2.       Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

Hubungan dengan alam
1.       Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.
2.       Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabdi dan melindungi alam.

Hubungan dengan orang lain
  1. Harmonis/suportif.
  2.  Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik.
  3. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
  4. Meyakini kehidupan dan kematian     (mengunjungi, melayat, dll).
Spiritualisme primitive : Kepercayaan kepada spirit atau roh, dan kekuatan dalam proses mencari kekudusan yang wujud kegiatan spiritualnya adalah penyembahan kepada spirit
Spiritualisme natural    : Kepercayaan kepada kekuatan alam dalam proses mencari kekudusan
Spiritualisme Sekular : Mencari kekudusan dengan menekankan pada induvidu berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti bagaimana bertingkah laku dengan baik dan lain-lain

Sumber

Di Unduh di Blog :

Disarikan Dari Buku :

Fios, F., & Gea, A. A. (2013). CB : Spiritual Development. Jakarta: Binus University.

Rabu, 12 Maret 2014

Budaya, Etnis, Gender, dan Bahasa

Pengertian Budaya

Gambar 1.1
(Sumber : http://oliviakang21.wordpress.com/2012/10/08/pengertian-dan-tujuan-psikologi-lintas-budaya/)


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1.    Kesenian
2.    Sistem teknologi dan peralatan
3.    Sistem organisasi masyarakat
4.    Bahasa
5.    Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.    Sistem pengetahuan
7.    Sistem religi

Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1.    Kesenian
2.    Sistem teknologi dan peralatan
3.    Sistem organisasi masyarakat
4.    Bahasa
5.    Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6.    Sistem pengetahuan
7.    Sistem religi

Bahasa

Gambar 1.2
( Sumber : http://ulfalfianita.blogspot.com/2013/10/bahasa-dan-penggunaannya.html )


Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik edisi ketiga adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sementara menurut H. Douglas Brown dalam bukunya Henry Guntur Tarigan “Pengajaran Pragmatik” menyebutkan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif; seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Abdul Chaer dan Leonie Agustina menyebutkan hakikat bahasa dalam buku “Pragmatik: Perkenalan Awal” yaitu sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
Sapir (1921) dalam A. Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah “A purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.” Di samping itu, A. S. Hornby (1996) dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, menyatakan bahasa adalah sistem bunyi dan kata yang digunakan manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.


Beberapa pengertian linguistik:

• Menurut KBBI Daring, sosiolinguistik adalah ilmu tentang bahasa yang digunakan di dalam interaksi sosial; cabang linguistik tentang hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial.


• Ferdinaen Saragih (2008) menyebutkan pengertian sosiolinguistik yaitu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Selin itu, terdapat juga beberapa pengertian linguistik lainnya menurut beberapa ahli linguistik:
1. Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
2. Sumarsono (2007:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai linguistik institusional yang berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu.
3. Rafiek (2005:1) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi bahasa dalam pelaksanaannya itu bermaksud/bertujuan untuk mempelajari bagaimana konvensi-konvensi tentang relasi penggunaan bahasa untuk aspek-aspek lain tentang perilaku sosial.
4. Booiji (Rafiek, 2005:2) mendefinisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
5. Wijana (2006:7) berpendapat bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa itu di dalam masyarakat. Pendapat tersebut pada intinya berpegang pada satu kenyalaan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.
6. Fishman. Ia memberikan definisi sosiolinguistik sebagai the study of the characteristics of language varities, the characteristics of their functions, and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change, and change one another within a speech community.
7. Nababan, mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
8. Wikipedia, sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.
9. Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.
• Zakii (2008)  menyebutkan beberapa pengetriansosiolinguistik yaitu:
1. Sociolinguistyiek is de studie van tall en taalgebruik in de context van maatschapij en kultuur. Sosiolimguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan. (Rene appel, Gerad Hubert, Greus Meijer, 1976:10).
2. Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde , die bestudert welke social faktoren een rol nspelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het social verkeer. Sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial. (G.E. Booij, J.G. Kersten, dan H.J Verkuyl, 1975:139).
3. Sosiolinguistcs is the study of language operation, it’s purposeis to investigatehow the convention of the language use relate to other aspects of social behavior. (Sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konveksi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek laindari timgkah laku sosial.) (C.Criper dan H.G.Widdowson dalam J.P.B Allen dan S.Piet Corder, 1975:156).
4. Sosiolinguistics is a developing subfield of linguistics which takes speech variation as it’s focus, viewing variation or it social context. Sociolinguistics is concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation. (Sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.) (Nancy Parrot Hickerson, 1980:81).

Gender

Gambar 1.3
( Sumber : http://yanuarto-berbagi.blogspot.com/2012/04/kesetaraan-gender.html )


Kata Gender berasal dari bahasa Inggris, berarti jenis kelamin. Dalam Webster’s New World, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”.
Sedangkan dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah “suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat”.
“Gender merujuk pada peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang diciptakan dalam keluarga, masyarakat dan budaya”(UNESCO, 2007).
Begitu pula pemahaman konsep gender menurut HT.Wilson (1998) yang memandanggender sebagai “suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan”.
Seiring dengan pengertian Gender menurut Yanti Muhtar (2002), bahwa Gender dapat diartikan sebagai “jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin”.
Sementara Mansour Fakih (2008:8) mendefinisikan gender sebagai “suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural”.
Dari beberapa definisi tentang gender yang telah diungkapkan diatas dapat dikatakan bahwa gender merupakan jenis kelamin sosial, yang berbeda dengan jenis kelamin biologis. Dikatakan sebagai jenis kelamin sosial karena merupakan tuntutan masyarakat yang sudah menjadi budaya dan norma sosial masyarakat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan dan membedakan antara peran jenis kelamin laki–laki dan perempuan
ETNIS
Gambar 1.4
( Sumber : https://wongalus.wordpress.com/page/200/ )

Minoritas, Rasial,dan etnik

Sosiologi sering memberdakan antara ras dan etnik. Etnik grup menjelaskan secara terpisah dari yang lain karena perbedaan fisik yang digunakan untuk menjelaskan signifikasi sosioal.

GRUP MINORITAS

Kaum minoritas adalah kelompok bawaan yang anggotanya secara signifikan kurang kontrol atau kekuasaan atas kehidupan mereka sendiri dari pada anggota kelompok dominan
Sosiologi membedakan lima basik properti dari kaum minoritas ; perilaku tidak adil, ciri-ciri fisik atau budaya, ascribed status, solidaritas, pernikahan dala,m kelompok (Wagley Hams)
Kaum minoritas mendapatkan pengalaman atau perilaku tidak adil dari kaum dominan
Anggota minoritas memiliki karakterisitik fisik dan budaya yang membedakan dengan kelompok dominan
Kelompok yang lahir dalam kaum minortias atau dominan memiliki ascribed status
Kaum minoritas memiliki rasa solidaritas yang kuat
Anggota minoritas menikahi orang lain dari kelompok yang sama, alasannya adalah solidaritas dalam kelompok  

Ras, Kontruksi sosial ras, Pengakuan multiple identitas

Ras
Kelompok ras yang  merujuk pada kaum minoritas, dan terpisah dari kelompok dominan yang memiliki perbedaan fisik dari orang lain

Kontruksi sosial ras
Proses dimana orang-orang mendifiniskan sebuah kelompok didasarkan bentuk fisiknya

Pengakuan Multiple Identitas
Single identitas memiliki banyak resiko salah satunya setereotypes yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau budaya yang dianut tanpa , perhatikan kebenaran citra tersebut.

Ethnic

Ethnic berkaitan dengan kelompok sosial di sistem sosial yang mempunyai arti atau kedudukan karena keturuanan, adat, agama, bahasa yang disebut ethnis.

Prasangka dan diskriminasi

Prasangka adalah dugaan atau sikap negatif yang di kategorikan di suatu orang atau kelompok, yang biasanya adalah kaum minoritas
Prasangka menghasilkan sifat rasisme. Rasisme adalah suatu kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa. Perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaiyan individu atau budaya. Rasisme mempunyai pendapat bahwa suatu ras tertentu yang lebih superior dapat memiliki hak – hak untuk mengatur ras lain nya.
Ethnosentrisme adalah kecenderungan untuk menganggap budaya dan cara hidup sendiri lebih unggul dari budaya dan cara hidup orang lain.

Prilaku diskriminasi

Prasangka sering menyebabkan prilaku diskriminasi. Prilaku diskriminasi adalah penolakan kesempatan dan hak yang sama untuk individu atau kelompok secara sewenang – wenang
Keistimewaan kelompok dominan
Salah satu aspek diskriminasi yang sering di lakukan oleh kelompok dominan adalah dengan  mengorbankan kepentingan kelompok minoritas

Prespektif intraksionis

Hipotesis kontak menyatan bahwa dalam keadaan kopratif, kontak antar ras, antar orang – orang dari status yang sama akan mengurangi prasangka dan meninggalkan pandangan stereotip.

Asimilasi  adalah percampuran 2 budaya yang berbeda yang membentuk budaya baru. Ditandai oleh usaha – usaha mengurangi perbedaan antar orang atau kelompok yang bertujuan untuk mempererat kesatuan, sikap dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.

Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok – kelompok yang menunjukan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain.

Amalgamasi adalah perkawinan antara ethnic atau ras yang berbeda.

Segregasi yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak – pihak yang bertikai dalam rangka menggurangi keteganggan dan menghilangkan konflik

Sumber : 
  1. http://imadesudiana.wordpress.com/2008/10/12/hakikat-bahasa/Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  2. (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.phpDiunduh tanggal 13 Maret 2014
  3. (http://sigodang.blogspot.com/2008/10/pengertian-sosiolinguistik-selengkapnya.html) Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  4. http://sastrainggris.2forum.biz/t84-pengertian-sosiolinguistik Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  5. http://sastrainggris.2forum.biz/t84-pengertian-sosiolinguistik Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  6. http://pusatlaguku.wordpress.com/2012/11/18/apa-itu-gender-definisi-pengertian-gender/ Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  7. http://robita.wordpress.com/2011/08/06/hakikat-bahasa-pengertian-sosiolinguistik-dan-pandangan-sosiolinguistik-terhadap-bahasa/  Diunduh tanggal 13 Maret 2014
  8. http://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/ Diunduh tanggal 13 Maret 2014

Disarikan dari buku ::


  1. Schaefer, R. T., & Sehaefer, R. T. (2008). Sociology A Brief Interduction. Americas, New York, Ny,10020: Mc Graw Hill.
  2. Wrahatanala, B. (2007). Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI. Surakarta: Sekawan Cipta Karya.